Dahulu desain grafis merupakan keterampilan yang rumit dan sulit, namun Melanie Perkins dari Australia membuatnya menjadi lebih mudah. Pada 2013, ia memperkenalkan Canva, sebuah aplikasi desain grafis yang sederhana. Awalnya dianggap remeh, tetapi Canva berhasil menjadi favorit dan menghasilkan keuntungan hingga Rp54 triliun.
Lahir di Perth pada 13 Mei 1987, Melanie Perkins memiliki minat dalam desain sejak kecil. Ketika ia menjadi guru les desain, ia menyadari bahwa banyak orang kesulitan menggunakan aplikasi desain yang rumit seperti Photoshop dan Corel Draw. Hal ini menginspirasinya untuk menciptakan aplikasi desain yang lebih sederhana.
Pada tahun 2007, bersama dengan temannya Cliff Obrecht, Melanie mendirikan Fusion Books, sebuah aplikasi desain untuk buku tahunan siswa. Ini memungkinkan siswa untuk merancang buku tahunan mereka sendiri tanpa memerlukan vendor. Fusion Books sukses dan digunakan oleh lebih dari 200 sekolah.
Baca Berita Lainnya: Dulunya Sopir Angkot, Kini Hartanya 131 Triliun
Meskipun sukses dengan Fusion Books, Melanie ingin menciptakan aplikasi desain yang lebih serbaguna. Namun, mencari pendanaan menjadi tantangan terbesarnya. Setelah berjuang mendapatkan dana dari banyak investor, Melanie akhirnya mendapat investasi senilai US$3 juta pada tahun 2012.
Dengan bantuan seorang eks-pegawai Google bernama Cameron Adams, Melanie dan Cliff mengembangkan Canva. Aplikasi ini diluncurkan pada 1 Januari 2013 dan menjadi sukses dengan cepat. Canva memungkinkan siapa pun merancang grafis tanpa keahlian desain yang tinggi.
Canva menjadi populer dengan cepat dan berhasil bersaing dengan aplikasi desain seperti Photoshop yang dianggap lebih rumit. Melanie Perkins kini menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan kekayaan sekitar Rp54 triliun. Canva pun diakui sebagai perusahaan paling berpengaruh di dunia oleh Time.
JFA/EFR
Referensi: CNBC Indonesia