Harga saham WeWork terus mengalami penurunan. Mantan startup “unicorn” yang pernah memiliki valuasi hingga US$47 miliar atau setara Rp720 triliun sebelum melantai di bursa saham, kini menghadapi penurunan drastis menjadi hanya 14 sen atau sekitar Rp2.145 per lembar.

Pada Jumat pekan lalu, WeWork mengumumkan rencana untuk melakukan reverse stock split saham 1-40 dengan tujuan menghindari delisting. Namun, harga saham WeWork justru semakin merosot dan ditutup pada angka 14 sen per lembar.

Sejak akhir Maret, saham WeWork tidak pernah berhasil mencapai harga US$1 per lembar. Kapitalisasi pasar WeWork saat ini hanya US$300 juta atau sekitar Rp 4,6 triliun, jauh di bawah nilai puncaknya yang mencapai Rp720 triliun

Reverse stock split WeWork akan berlaku mulai 1 September 2023 dengan harapan dapat mendorong harga saham hingga mencapai US$5,6 per lembar sesuai aturan New York Stock Exchange (NYSE) yang mengharuskan harga saham minimal US$1 per lembar selama 30 hari berturut-turut agar tidak terkena delisting.

WeWork mengumumkan dalam keterangan kepada para investor bahwa arus kas negatif mengancam keberlangsungan perusahaan. Meskipun telah beroperasi sebagai perusahaan terbuka selama empat tahun setelah melewati proses Initial Public Offering (IPO), arus kas yang negatif dan kerugian dari aktivitas operasional menimbulkan keraguan atas kelangsungan perusahaan.

Baca Berita Lainnya: Mantan Raja Unicorn Ini Mau Bangkrut, Dulunya Startup Rp607 T

WeWork pernah menjadi startup unicorn dengan valuasi tertinggi di dunia. Namun, kondisi perusahaan semakin meruncing. Pandemi menjadi faktor utama yang menghantam keuangan WeWork karena banyak penyewa ruang WeWork menghentikan sewa mereka akibat kebijakan bekerja dari rumah yang diterapkan selama pandemi.

Akibatnya, utang WeWork terus bertambah ketika arus kas yang masuk terhenti. Perusahaan menghadapi tantangan likuiditas dan profitabilitas yang serius, dan mempertimbangkan berbagai strategi alternatif termasuk restrukturisasi utang, mencari pendanaan tambahan, mengurangi aktivitas bisnis, atau menjual aset.

Referensi: CNBC Indonesia