Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) menilai kondisi industri air minum dalam kemasan (AMDK) dalam negeri pada tahun ini sudah jauh lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, didorong oleh berakhirnya status pandemi dan kondisi ekonomi nasional yang stabil. Ketua Umum Aspadin Rachmat Hidayat mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan penjualan AMDK nasional dapat mencapai lebih dari 30 miliar liter pada akhir 2023.
Volume penjualan AMDK nasional sendiri sempat melambat saat awal pandemi. Pada 2020, penjualan AMDK tercatat hanya tumbuh +1% (yoy) menjadi 29,4 miliar liter. Realisasi tersebut lebih rendah dari tahun sebelumnya, di mana Rachmat mengatakan bahwa biasanya pertumbuhan penjualan AMDK nasional secara tahunan bisa mencapai angka +9%.
Pemulihan pertumbuhan penjualan AMDK mulai muncul pada 2021 dan 2022, ketika Aspadin memproyeksikan bahwa penjualan AMDK nasional tumbuh masing-masing sebesar +5% (yoy) menjadi 30,87 miliar liter dan 32,41 miliar liter.
Di tengah tren pemulihan pertumbuhan penjualan AMDK, para produsen tampak kembali gencar melakukan ekspansi berupa penambahan fasilitas produksi dan jaringan distribusi baru, yang dapat mendorong peningkatan penjualan dan pangsa pasar.
Salah satu emiten produsen AMDK yang gencar melakukan ekspansi adalah Sariguna Primatirta (CLEO). Saat ini, CLEO telah mengoperasikan 28 pabrik dan tengah menambah 4 pabrik baru di Palangkaraya, Palembang, Lampung, dan Manado.
CLEO juga terus memperluas jaringan distribusi, yang per 2022 jumlahnya mencapai 290 atau rata-rata tumbuh +35% selama 2016–2022. Guna mendukung agenda ekspansi tersebut, CLEO menganggarkan belanja modal (capex) sebesar Rp300 miliar pada tahun ini.
Selain CLEO, ada juga PT Nestlé Indonesia yang berkecimpung di industri AMDK nasional. Saat ini, produk air minum merek Nestlé Pure Life untuk pasar Indonesia diproduksi dan didistribusikan secara resmi oleh Akasha Wira International ($ADES) serta di bawah lisensi dan pengawasan Nestlé Water SA.
Baca Berita Lainnya: Warga DKI Punya Utang Sampe 10 Triliun ke Pinjol
Implikasi: Prospek produk AMDK
Pertumbuhan segmen botol dan cup yang kami nilai akan bertumbuh signifikan pada tahun ini sejalan dengan pola konsumsi masing-masing produk AMDK. Produk botol dan cup biasanya lebih banyak dikonsumsi di luar rumah, sedangkan produk non-botol (galon) lebih banyak dikonsumsi di rumah. Ketika pandemi dan masyarakat lebih banyak berada di rumah, segmen botol turun lebih dalam dibandingkan segmen non-botol. Namun, ketika pandemi mereda dan mobilitas meningkat, segmen botol juga tumbuh lebih tinggi.
Tren konsumsi AMDK tersebut tercermin dalam kinerja emiten AMDK di BEI, misalnya ADES dan CLEO. Pada 2020, segmen AMDK milik ADES mencatatkan penurunan penjualan -27,7% (yoy). Penjualan CLEO juga turun -10,3% (yoy) pada 2020, dengan segmen botol turun lebih dalam (-17,2% (yoy) dibandingkan non-botol (-8,8% (yoy). Pada 2021, segmen botol CLEO tumbuh +17,7% (yoy), sementara non-botol tumbuh +12,1% (yoy). Adapun pada 2022, segmen botol CLEO tumbuh +46,5% YoY, sementara non-botol tumbuh lebih moderat sebesar +6,9% (yoy).
RMK/EFR
Referensi: Kontan.co.id