Upaya hilirisasi sumber daya alam dianggap berhasil memberikan nilai tambah bagi Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia telah berhasil mengalami peningkatan pendapatan dari proses hilirisasi nikel.
Sebelum dilakukannya hilirisasi, pendapatan dari ekspor nikel sekitar US$2,1 miliar atau sekitar Rp33 triliun. Namun, setelah pelaksanaan hilirisasi, pendapatan tersebut melonjak tajam menjadi US$33,8 miliar atau sekitar Rp510 triliun.
“Dalam contoh yang saya berikan, nikel ini adalah sebuah ilustrasi. Sebelum tahun 2020, saat kita masih mengekspor bahan mentah, pendapatan ekspor setahun hanya sekitar US$2,1 miliar. Kurang lebih Rp32 triliun. Namun, setelah proses hilirisasi dan industrialisasi dilakukan, pendapatan dari nikel melonjak menjadi US$33,8 miliar, atau sekitar Rp510 triliun,” ujarnya seperti dikutip detikcom, Sabtu (19/08).
Presiden Jokowi juga mengakui bahwa sering kali menerima pertanyaan tentang manfaat apa yang diperoleh dari upaya hilirisasi. Ia mengatakan lapangan pekerjaan dalam negeri semakin terbuka seiring dengan pelaksanaan hilirisasi.
“Sebelum hilirisasi, kesempatan kerja dan peluang lapangan kerja lebih banyak tercipta di negara lain. Tetapi setelah melaksanakan hilirisasi, lapangan pekerjaan kini lebih banyak tersedia di dalam negeri. Proses hilirisasi ini memungkinkan negara mendapatkan pendapatan berupa PPN, PPh perusahaan, PPh karyawan, royalti, serta pendapatan negara selain pajak seperti bea ekspor,” jelasnya.
Baca Berita Lainnya: Smelter Nikel RI Dibanjiri TKA, Punya Gaji Sampai Rp54 Juta
Khusus untuk PT Freeport Indonesia, Indonesia juga berhasil mendapatkan dividen dari kepemilikan saham terbesar. Jokowi berpendapat jika upaya hilirisasi diperluas untuk bauksit, tembaga, timah, batu bara, minyak kelapa sawit, dan komoditas lainnya, maka akan semakin banyak lapangan pekerjaan yang dapat tercipta.
“Hilirisasi bukan hanya sebatas nikel. Jika hilirisasi diterapkan pada bauksit, tembaga, timah, batu bara, minyak kelapa sawit (CPO), rumput laut mentah, atau sektor lainnya, bayangkan berapa banyak lapangan kerja yang bisa terbuka di dalam negeri,” tegasnya.
JFA/EFR
Referensi: detikcom