Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengungkapkan kerugian ekonomi negara akibat polusi udara mencapai Rp21,5 triliun. Ia mengatakan kerugian ekonomi ini tidak hanya pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, tetapi secara menyeluruh.
“Kerugian ekonomi karena polusi udara senilai Rp 21,5 triliun,” ujarnya seperti dikutip Tempo, Jumat (18/08).
“Ini yang sempat saya bilang beberapa waktu lalu, kajian dan assessment dari tim independen (mengenai) kemungkinan dampak polusi terhadap ekonomi secara luas, bukan hanya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif,” tambahnya.
Sandiaga Uno menegaskan pentingnya peran semua pelaku di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam usaha memperbaiki kualitas udara. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan bersama mengingat kondisi udara yang semakin memburuk di Jakarta akibat polusi.
Sandiaga juga menjelaskan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki visi untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan yang menekankan kualitas dan keberlanjutan dalam sektor tersebut.
Baca Berita Lainnya: Gara-Gara Perubahan Iklim 2020-2024, Dompet RI Boncos Rp544 T
Indonesia Peringkat Pertama Udara Terburuk Akibat Polusi
Data yang menjadi dasar perhitungan kerugian ini berasal dari IQAir bekerja sama dengan Greenpeace. Angka kerugian ini diperoleh setelah IQAir dan Greenpeace melakukan survei secara real-time di 28 kota di seluruh dunia pada tahun 2020.
Menurut data IQAir yang diterbitkan pada Selasa (22/8/2023), Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Indeks kualitas udara Indonesia pada pukul 09.08 WIB tercatat sebesar 172, masuk dalam kategori tidak sehat.
Untuk mengurangi polusi udara, pemerintah mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum saat bepergian. Selain itu, aparatur sipil negara (ASN) di Jakarta juga diinstruksikan untuk bekerja dari rumah guna mengurangi polusi dari kendaraan pribadi.
JFA/EFR