Salah satu emiten tambang nikel terbesar di Indonesia, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), mengumumkan investasi total sebesar US$8,6 miliar atau setara Rp129 triliun untuk menggarap proyek nikel. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur INCO Febriany Eddy dalam sebuah acara di Jakarta, pada Selasa (25/07).
Investasi tersebut dibagi menjadi 4 proyek besar. Pertama, Smelter Sorowako nikel matte dengan produksi 80 ribu ton per tahun. Pabrik ini sepenuhnya dioperasikan INCO dengan bahan mentah berasal dari tambang sendiri. Selain itu, pabrik ini juga 100% menggunakan PLTA sebagai sumber energi.
Proyek kedua yaitu Bahodopi yang merupakan kemitraan INCO dengan perusahaan baja Tiongkok, yakni Xinhai dan Tisco. Pabrik ini akan menjadi smelter RKEF dengan emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako. Proyek ini termasuk Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan tujuan meningkatkan rantai nilai hingga baja tahan karat (stainless steel).
Baca Berita Lainnya: Saham Properti Bisa Terbang, Pra Penjualan 4 Emiten Ini Capai Rp12 Triliun
Proyek Ketiga adalah Sorowako HPAL yang merupakan perusahaan patungan dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. Proyek ini bertujuan untuk memproduksi 60 ribu ton nikel kelas 1 dari mixed hydroxide precipitate (MHP). Konstruksi pabrik ini dikabarkan akan dimulai akhir tahun ini.
Kemudian untuk proyek terakhir, Vale juga memiliki PSN lainnya, yaitu pabrik HPAL Pomalaa yang bermitra dengan Huayou dan Ford. Konstruksi pabrik ini akan berlangsung hingga 2025.
JFA/EFR
Referensi: CNBC Indonesia