Bank Syariah Indonesia (BSI) Institute mengungkapkan proses hilirisasi nikel memiliki potensi untuk memberikan nilai tambah signifikan pada ekonomi. Indonesia diperkirakan untung mencapai US$33 miliar atau setara Rp514 triliun dari hilirisasi nikel pada tahun 2022
Kepala BSI Institute Lugyan Tamanni mengatakan kebijakan hilirisasi dianggap sebagai langkah yang sangat penting yang diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan visi Indonesia Maju 2045.
Dalam laporan triwulanan BSI Institute untuk kuartal III 2023, Luqyan mengungkapkan meskipun hilirisasi bukan solusi mutlak untuk semua masalah seperti de-industrialisasi atau isu ekonomi lainnya, langkah ini memiliki potensi untuk memberikan nilai tambah ekonomi yang substansial dan mendukung pertumbuhan.
Luqyan juga menyebut bahwa dalam satu estimasi, nilai tambah ekonomi nasional dari hilirisasi nikel saja diperkirakan mencapai Rp514 triliun pada tahun 2022.
“Dalam satu estimasi, nilai tambah untuk ekonomi nasional dari hilirisasi nikel saja mencapai Rp514 triliun (US$33 miliar) pada 2022,” katanya seperti dikutip CNN Indonesia, Jumat (25/08).
Menurut Luqyan, hilirisasi adalah salah satu solusi untuk mengatasi potensi de-industrialisasi dan juga merupakan upaya untuk memaksimalkan manfaat dari bonus demografi.
Baca Berita Lainnya: PLTS Terapung Cirata Segera Beroperasi, Nilai Proyek Mencapai Rp287 T
Dia menjelaskan bahwa hilirisasi juga bertujuan untuk mengoreksi nilai tambah ekonomi yang sebelumnya hilang dan untuk menghasilkan pendapatan devisa dari aktivitas pemrosesan komoditas utama Indonesia yang sebelumnya diolah di negara tetangga.
Selain itu, Luqyan mengungkapkan bahwa dengan menjadi lebih mandiri dalam pemanfaatan sumber daya alam, Indonesia dapat memanfaatkan potensi energi dari populasi yang semakin muda, terutama dalam dekade bonus demografi.
“Kemandirian dalam hal pemanfaatan sumber daya alam dapat mendorong energi penduduk Indonesia, yang secara demografi semakin muda ini (memasuki dekade bonus demografi),” ucapnya.
JFA/EFR
Referensi: CNN Indonesia