Peluncuran ChatGPT langsung mencuri perhatian dalam industri teknologi pada akhir 2022, tetapi ternyata tidak menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Menurut para analis, OpenAI yang merupakan pengembang ChatGPT diprediksi akan mengalami kebangkrutan pada tahun 2024.
Dikutip dari FirstPost pada Senin (21/08), biaya operasional ChatGPT mencapai US$700 ribu atau setara dengan Rp10,7 miliar per hari. Ini belum termasuk biaya operasional untuk produk AI lain seperti GPT-4 dan DALL-E2.
Hingga saat ini, OpenAI mengandalkan pendanaan sebesar US$10 miliar atau setara Rp153,2 triliun dari Microsoft untuk menjalankan operasionalnya. Meskipun OpenAI telah meluncurkan layanan berlangganan yakni ChatGPT Plus, pendapatan yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.
Baca Berita Lainnya: Tapestry Ambil Alih Kepemilikan Versace Senilai Rp130,2 T
Analytics India Magazine melaporkan bahwa pendiri OpenAI Sam Altman terus menghabiskan dana karena layanan yang mereka tawarkan tidak menghasilkan pendapatan yang memadai.
Terlebih lagi, jumlah pengguna aktif mengalami penurunan baru-baru ini meski pada awal peluncurannya meraih popularitas di industri teknologi. Awalnya, ChatGPT berhasil mendapatkan 100 juta pengguna aktif dalam waktu 2 bulan. Namun, popularitas ini tidak berlangsung lama.
Berdasarkan data dari SimilarWeb, jumlah pengguna turun sebesar 12% sepanjang Juli 2023. Dari 1,7 miliar pengguna pada bulan Juni, jumlahnya turun menjadi 1,5 miliar pengguna. Perlu dicatat bahwa angka ini hanya mencakup pengguna yang mengunjungi situs, belum termasuk pengguna yang menggunakan API milik OpenAI.
API milik OpenAI juga menjadi sumber masalah. Banyak perusahaan akhirnya memanfaatkan API ini untuk membuat versi internal ChatGPT mereka sendiri sehingga mengurangi ketergantungan pada layanan ChatGPT.
JFA/EFR
Referensi: CNBC Indonesia