Produsen otomotif asal Jerman, Volkswagen (VW), dikabarkan bakal membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia. Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai US$5 miliar atau setara Rp75 triliun. Kementerian Investasi mengatakan pihak perusahaan akan melakukan studi kelayakan dalam beberapa waktu ke depan.
Walau sudah keluar nominal investasi yang bakal dikucurkan, hingga saat ini pemerintah belum memberikan keterangan lebih detail terkait dimana VW bakal membangun pabrik baterai tersebut. Yang jelas pabrikan otomotif ternama tersebut bakal mulai membangun pabriknya pada tahun ini.
Pabrik baterai kendaraan listrik besutan Volkswagen tersebut nantinya akan mensuplai kebutuhan baterai komponen untuk kendaraan listrik di dunia. Apabila berjalan dengan baik, pemerintah-pun mengharapkan VW tak hanya membangun pabrik baterai, namun juga pabrik kendaraan listriknya di Tanah Air.
Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia memastikan VW akan membangun pabrik baterai listrik di Indonesia. Hal ini diutarakan setelah bertemu dengan petinggi PowerCo, anak perusahaan VW.
Menurut Bahlil, momentum ini menjadi salah satu yang terpenting. Terlebih, Indonesia memang berencana untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dari hulu ke hilir. Dengan kehadiran jenama sekelas VW, diharapkan bisa menjadi gambaran bagi dunia internasional untuk semakin percaya menanamkan modalnya di Indonesia, terutama pada bidang kendaraan listrik.
Baca Berita Lainnya: Astra Group Caplok Saham Pengelola Hotel Mandarin Oriental Rp1,2 T
Implikasi: Adopsi Baterai Kendaraan Listrik Beri Manfaat Ekonomi
Kami melihat ada potensi investasi tersebut membawa manfaat ekonomi senilai Rp9.603 triliun. Berdasarkan research yang kami lakukan, adopsi baterai kendaraan listrik untuk kendaraan rendah emisi karbon bisa mendatangkan manfaat ekonomi senilai Rp9.603 triliun pada tahun 2030.
Jika dirinci angka itu berasal dari penurunan dampak kesehatan akibat pencemaran lingkungan sebesar Rp3.468 triliun, penghematan biaya produksi senilai Rp545 triliun, dan penghematan energi mencapai Rp5.590 triliun.
Selain itu, kami menilai industri ini akan berpotensi membuat Indonesia lepas dari ketergantungan impor kendaraan. Kalaupun tidak lepas, maka setidaknya kita bisa naik kelas menjadi produsen kendaraan bermotor.
Adopsi kendaraan listrik yang masif juga akan dapat menurunkan potensi karbon dioksida transportasi mencapai 59% pada 2030, sehingga nol karbon bersih atau net zero emission berpotensi dicapai atau diterapkan pada 2045 atau selambatnya 2050.
Jika melihat lebih jauh ke depan maka negara-negara yang paling siap dengan produk rendah karbon akan mendominasi perdagangan internasional di masa depan.
What To Do: Menengok Prospek industri EV di indonesia
Ditengah pertumbuhan industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV), TU Research Analyst menilai Indonesia punya peluang menjadi pemain utama industri ini. Kendaraan listrik sendiri menjadi solusi dari guncangan pasokan energi akibat sejumlah krisis yang terjadi saat ini.
Indonesia juga diuntungkan dengan berlimpahnya sumber daya alam, khususnya nikel yang merupakan salah satu komponen utama dalam baterai EV.
Kami sangat berharap Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan momen ini dengan baik dan bisa menjemput peluang bisnis serta menjadikan Indonesia basis produksi baterai kendaraan listrik dunia.
Kami juga sangat mengharapkan sinergi antara pemerintah yang memfasilitasi kemudahan regulasinya, dukungan swasta, dan digunakan masyarakat secara luas guna mendorong produksi industri kendaraan listrik di Tanah Air.
RMK/EFR
Referensi: Dikutip dari berbagai sumber