PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022 di Jakarta. Di mana para pemegang saham menyetujui pembagian dividen PTBA sebesar Rp12,6 triliun atau setara 100% laba bersih perusahaan pada tahun tersebut. Meskipun laba dibagikan sebagai dividen, Direktur Utama Arsal Ismail memastikan bahwa arus kas perusahaan tetap aman menghadapi tantangan bisnis batu bara tahun 2023.

Harga PTBA hari ini, Jumat (16/06) pukul 14.20 WIB, terpantau berada di angka Rp3.920. Selama 5 hari kebelakang grafik saham PTBA juga mengalami kenaikan secara terus-menerus, khususnya per hari ini semenjak diumumkannya pembagian dividen sebesar Rp12,6 triliun. 

PTBA berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi batu bara sesuai dengan Rencana Kerja Perusahaan (RKP) tahun 2023. Pada tahun 2022 perusahaan ini telah mencapai produksi sebesar 37 juta metrik ton, dan untuk tahun 2023, mereka menargetkan produksi sekitar 41 juta metrik ton.

Selain itu, saham PTBA juga telah menjajaki kerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia untuk pengembangan angkutan kereta. Pada tahun 2024, mereka berharap dapat menambah produksi sebanyak 20 juta metrik ton. PTBA juga mulai fokus pada pengembangan energi baru terbarukan.

Perseroan ini telah mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp6,4 triliun untuk tahun 2023. Namun, hingga kuartal pertama 2023, hanya 20% dari total capex yang telah terserap untuk pengeluaran rutin dan pengembangan usaha.

Pada tahun 2022, emiten pertambangan ini telah mencatatkan kinerja keuangan dan operasional terbaik. Mereka berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp12,6 triliun, pendapatan sebesar Rp42,6 triliun, dan total aset perusahaan mencapai Rp45,4 triliun.

Dalam hal produksi batu bara, PTBA mencapai angka produksi sebesar 37,1 juta ton pada tahun 2022, meningkat 24% dibandingkan tahun 2021. Penjualan batu baranya juga meningkat sebesar 12% menjadi 31,6 juta ton pada tahun yang sama. Selama tahun 2022, PTBA berhasil menjual 12,5 juta ton batu bara untuk ekspor dan merealisasikan 19,2 juta ton batu bara sesuai dengan kewajiban pasar domestik (DMO), yang merupakan peningkatan sebesar 119% dibandingkan tahun 2021.

Dengan pencapaian ini mereka menunjukkan komitmen dalam mengembangkan bisnis batu bara, menjajaki kerjasama strategis, dan mulai fokus pada energi baru terbarukan, sambil memperhatikan keberlanjutan keuangan perusahaan.

Implikasi: Dividen Jumbo, Harga Batu Bara Justru Anjlok

TU Research Analyst melihat emiten pertambangan batu bara ini terpantau melesat pada perdagangan sesi I Jumat (16/6/2023). Setelah perseroan mengumumkan akan membagikan dividen untuk tahun buku 2022. Per pukul 09:14 WIB. Saham PTBA melesat 9,92% ke posisi Rp 3.990/unit. Bahkan pada pembukaan perdagangan hari ini, saham PTBA sempat melesat 11,85%.

Sekitar 14 menit setelah dibuka, saham PTBA sudah ditransaksikan sebanyak 16.421 kali dengan volume sebesar 107,14 juta lembar saham. Nilai transaksinya sudah mencapai Rp426,3 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp45,97 triliun.

Meskipun PTBA hari ini meleset cukup tinggi kami sendiri melihat hal ini hanya akan bersifat temporer saja dan meski yield di harga penutup kemarin (15/06) mencapai 30%an. Hal tersebut tidak serta merta membuat saham PTBA buat menarik buat di koleksi. Di mana salah halnya kami lihat dari sudah turun ASP Coal yang sudah turun 65.38 persen secara year on year (yoy) yang mana jika penurunan tersebut terus terjadi kami lihat akan mulai berdampak ke sisi profitabilitas PTBA kepadanya.

Baca juga: Telkom Tebar Dividen 16 T, Investor Siap-Siap Cuan

What To Do: Prospek Saham Batu Bara

TU Research Analyst melihat harga saham batubara kian merosot di sepanjang 2023 seiring dengan harga komoditas yang sedang cooling down. Kendati demikian, saham PTBA masih berpotensi di dorong pergerakan harga sahamnya oleh dividen jumbo yang yang akan dibagikan oleh emiten.

Harga batu bara saat (16/06) ini berada di US$135,95/ton atau anjlok hingga 65.38 persen secara year on year (yoy). Kami melihat penurunan ASP Ini menandakan euforia komoditas hingga saham batu bara yang dimulai pada 2022 mulai usai seiring dengan harga komoditas yang mendingin.

Serta turunnya harga batu bara akmi lihat juga tak lepas oleh volume perdagangan yang rendah. Mengingat jumlah persediaan yang tinggi di negara-negara pengimpor utama, yakni Eropa dan China.

Oleh karena itu beberapa saham di sektor ini sudah menunjukan pelemahan secara profitabilitas yang disusul oleh penurunan harga sahamnya di bursa dimana saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memimpin merosotnya saham batu bara dengan penurunan paling dalam, yakni 24,68%.

Menyusul ADRO, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) juga terkoreksi hingga 16,85% secara year to date (YTD). Sementara, saham emiten batu bara lainnya yang turut terkontraksi sepanjang 2023, yaitu PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Kami sendiri memprediksi rentang harga batubara di semester I 2023 akan berada di kisaran US$100 – US$300 per ton. Sementara, di akhir tahun 2023, harga batubara berada di kisaran US$50 – US$250 per on.

Baca juga: Anak Perusahaan Grup Bakrie Potensi Raup Dana Rp1,37 T

Cari tahu insight lebih lengkap tentang perekonomian dunia, crypto, saham dan lainnya di aplikasi Ternak Uang sekarang juga!

Kalau mau jadi member? Pakai kode promo TUBLOG buat dapetin Diskon Khusus 15% untuk Membership TU Premium! Ngobrol breng mincuan sekarang!

Ternak Uang Team

WDN/RMK/EFR