Permasalahan utang Amerika Serikat (AS) yang telah mencapai ambang batas sebesar US$31,4 triliun semakin menjadi perhatian utama investor. Menteri Keuangan AS Janet Yellen menyatakan ada risiko gagal bayar pada 1 Juni mendatang jika batas atas utang (debt ceiling) tidak dinaikkan.
Melansir dari Bloomberg, terdapat progress dari pembicaraan tentang kenaikan plafon utang Amerika Serikat antara Presiden AS Joe Biden dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy yang sebelumnya mengalami deadlock. Kedua belah pihak dikabarkan mendekati kesepakatan mengenai kenaikan debt ceiling sambil membatasi anggaran belanja federal selama dua tahun.
Meski detail poin-poin kesepakatan masih bersifat tentatif, kabarnya anggaran untuk belanja militer diizinkan naik sebesar 3% tahun depan sesuai dengan permintaan Biden. Sebaliknya, kesepakatan tentatif tersebut akan memangkas US$10 miliar dari anggaran program Inflation Reduction Act (IRA).
Sementara itu, Reuters juga melaporkan bahwa Departemen Keuangan AS akan melelang surat utang tenor 3 bulan dan 6 bulan senilai US$119 miliar minggu depan. Hal ini mengindikasikan bahwa batas waktu 1 Juni bukan bersifat mutlak.
Baca juga: Utang Tembus Rp460 Ribu Triliun Amerika Serikat Terancam Bangkrut?
Pada Januari 2023, total utang nasional dan plafon utang mencapai US$31,4 triliun. Pemerintah AS telah mengalami defisit rata-rata hampir US$1 triliun dolar AS setiap tahun sejak 2001, yang berarti menghabiskan lebih banyak uang daripada yang diterimanya dari pajak dan pendapatan lainnya.
Untuk mengimbanginya, pemerintah harus meminjam untuk terus membiayai pembayaran yang telah disahkan Kongres. Setiap perubahan plafon utang memerlukan persetujuan mayoritas oleh kedua kamar Kongres.
Setiap kali Departemen Keuangan tidak dapat lagi membayar tagihan pemerintah, Kongres telah bertindak cepat dan terkadang dengan suara bulat untuk meningkatkan batas pinjaman.
Baca juga: 5 Perusahaan Dapat Relaksasi Ekspor Konsentrat Mineral
Implikasi: Kesepakatan Alot, Pasar Wait and See
TU Research Analyst melihat permasalahan debt ceiling AS yang tak kunjung usai mendorong kekhawatiran para investor global dan tercermin dari angka Credit Default Swap (CDS) AS untuk tenor 5 tahun yang mencapai titik tertinggi sejak 2017 ke level 55,18 poin. Sebagai informasi, CDS adalah salah satu indikator yang dapat menunjukkan probabilitas gagal bayar atas suatu negara.
Tak hanya itu, kekhawatiran tersebut juga bertambah seiring keputusan Fitch Ratings menempatkan peringkat kredit AS dalam pengawasan dengan potensi penurunan peringkat (downgrade) dari rating AAA.
Hingga saat ini, kondisi pasar saham AS masih diliputi ketidakpastian. Pada perdagangan Kamis (25/5), ketiga indeks saham AS ditutup mixed, dimana Dow Jones -0,11%, sedangkan S&P 500 +0,88% dan Nasdaq +1,71%.
Cari tahu insight lebih lengkap tentang bisnis lainnya di aplikasi Tentang Uang sekarang juga!
Kalau mau jadi member? Pakai kode promo TUBLOG buat dapetin Diskon Khusus 15% untuk Membership TU Premium! Ngobrol breng mincuan sekarang!
Ternak Uang Team
RMK/EFR