Perkembangan perusahaan rintisan atau startup di Indonesia tumbuh subur selama satu dekade belakangan ini. Ini tak lepas dari peran ekonomi digital yang semakin bertumbuh dari tahun ke tahun di negara kita. Jadi, tidak kaget lagi saat ada perusahaan rintisan masuk ke kategori startup decacorn.
Indonesia dikatakan sebagai ladang subur bagi pertumbuhan bisnis startup. Ini berdasarkan data dari Startup Ranking, yang menyebutkan Indonesia ada di urutan ke-5 terbanyak di dunia negara yang memiliki 2.219 startup yang tercatat hingga tahun 2021. Indonesia berada di urutan setelah Amerika Serikat, India, Inggris dan Kanada.
Selain unggul dari segi kuantitas, kualitas startup Indonesia pun termasuk yang tangguh khususnya di wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat tujuh startup unicorn dan dua startup decacorn di Indonesia. Dan ke depannya dipastikan akan terus bertambah.

Perkembangan Startup di Indonesia
Jika ditarik ke belakang, perkembangan startup di Indonesia mulai bergema sejak tahun 2013, ketika pengguna internet di negara kita menembus angka 70 juta orang dengan total penduduk sebesar lebih dari 200 juta jiwa. Inilah yang menjadi indikator bagi bisnis startup tumbuh subur di Indonesia.
Ada beberapa hal yang memengaruhi perkembangan startup di Indonesia antara lain:
- Perkembangan teknologi yang pesat
- Jumlah penduduk Indonesia yang banyak
- Jumlah pengguna internet yang bertambah setiap tahunnya
- Layanan startup yang memuaskan
- Sinergitas investor dan pemerintah
Nah, dalam dunia startup sendiri, pasti kamu kerap mendengar istilah startup unicorn, startup decacorn, dan lain sebagainya. Ya, istilah itu disematkan bagi perusahaan rintisan yang sudah mencapai nilai valuasi di angka tertentu.
Baca juga: US Tapering: Pengertiannya dan 3 Persiapan yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapinya
Ingin tahu lebih dalam tentang startup mulai dari pengertian, cara membedakan, perusahaan yang termasuk startup decacorn dan tip investasi di startup? Yuk, disimak artikel ini hingga selesai, ya.
Mengenal Startup Decacorn dan Perbedaannya dengan Unicorn, Hectocorn
Decacorn merupakan gabungan dari kata ‘deka’ yang berasal dari bahasa Yunani dan memiliki arti angka sepuluh kemudian ditambah akhiran dari unicorn.
Sesuai dengan namanya, startup decacorn adalah perusahaan rintisan yang sudah memiliki nilai valuasi 10 kali lipat dari unicorn yaitu sebesar US$ 10 miliar atau setara Rp 140 triliun.
Indonesia sendiri sudah memiliki dua perusahaan yang termasuk kategori startup decacorn. Adalah Go-Jek yang di tahun 2019 berhasil mengukuhkan diri sebagai perusahaan pertama dengan gelar startup decacorn. Lanjut di akhir tahun 2021, berdasarkan laporan dari Hurun dan CB Insights, ada J&T Express yang menyusul Gojek sebagai startup decacorn.
Lalu apakah perbedaan startup decacorn dengan unicorn? Bahkan selain itu ada juga hectocorn?
Beda Unicorn, Decacorn, dan Hectocorn
Istilah unicorn merujuk pada kuda putih dalam mitologi yang memiliki satu tanduk di dahi. Perusahaan rintisan yang bergelar unicorn adalah perusahaan yang memiliki nilai valuasi sebesar US$ 1 jut,a atau Rp 14 triliun.
Julukan ini pertama kali diperkenalkan oleh Aileen Lee, seorang pendiri perusahaan investasi Cowboy Ventures di artikelnya yang berjudul Welcome to the Union Club: Learning from Billion-Dollar Startups. Setelah itu, istilah unicorn sering dipakai untuk mengategorikan perusahaan dengan nilai valuasi USD 1 juta.
Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa perusahaan yang termasuk ke startup unicorn, antara lain Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan Ovo. Tak menutup kemungkinan perusahaan tersebut akan melaju ke level startup decacorn.
Hectocorn ada dua level lebih tinggi dari unicorn dan satu level di atas startup decacorn. Perusahaan dengan gelar hectocorn adalah yang memiliki nilai valuasi sebesar US$ 100 miliar. Hingga saat ini, Indonesia belum memiliki startup hectocorn. Sedangkan untuk ukuran global, hanya ada satu perusahaan yang memiliki gelar ini, yaitu Ant Financial yang dulu dikenal Alipay, perusahaan fintech yang berafiliasi dengan Alibaba Group.
Jadi, cara membedakan ketiga level startup di atas adalah kamu cukup melihat nilai valuasi perusahaan saja. Dan gelar ini hanya bisa dipakai oleh perusahaan rintisan yang masih tahap perkembangan.

7 Perusahaan yang Termasuk Dalam Startup Decacorn
SpaceX
Siapa sih yang tak kenal bos Tesla, Elon Musk?
Pria berusia 50 tahun ini adalah pemilik dari SpaceX, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi penjelajahan luar angkasa.
Ide Musk memang beda. Bidang bisnis SpaceX ini termasuk sangat baru di dunia startup tapi tidak membuatnya kalah dalam segi valuasi. Saat ini SpaceX termasuk startup decacorn karena memiliki nilai valuasi sebesar US$ 46 miliar.
ByteDance
Perusahaan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan dan media dari Tiongkok ini dinilai sebagai salah satu startup paling berharga di dunia. ByteDance yang menaungi TikTok dan TaiuTiao ini sudah memiliki nilai valuasi sebesar US$ 75 miliar sejak didirikan tujuh tahun lalu di Amerika Serikat.
Uber
Startup raksasa di bidang transportasi ini pertama kali didirikan di San Fransisco sejak sepuluh tahun lalu. Saat ini Uber masuk ke kategori startup decacorn karena memiliki nilai valuasi US$ 72 miliar dan tersebar di 785 kota besar di dunia.
Baca juga: 5 Contoh Layanan Keuangan Digital yang Harus Kamu Kenali, dan Apa Saja Manfaatnya
AirBnB
Perusahaan di bidang hospitality ini sempat memiliki valuasi sebesar US$ 38 miliar, tapi hantaman pandemi COVID-19 memaksa manajemen untuk menerima anjloknya angka valuasi di US$ 18 miliar. Walaupun begitu, AirBnB tetap masuk ke dalam kategori startup decacorn karena nilai valuasi masih di atas US$ 10 miliar.
Grab
Perusahaan transportasi asal Singapura ini adalah startup decacorn pertama di Asia tenggara. Perkembangannya cukup pesat hingga bisa mendapatkan nilai valuasi sebesar US$ 11 miliar dan menempatkannya ke jajaran startup decacorn dunia.
WeWork
Di tahun 2010, perusahaan penyedia co-working space asal New York masuk ke dalam kategori startup decacorn. WeWork memiliki nilai valuasi sebesar US$ 47 miliar dan sudah memiliki cabang di 32 negara.
Go-Jek
Perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim ini menjadi startup decacorn di tahun 2019, setelah beroperasi selama sepuluh tahun. Go-Jek memiliki nilai valuasi sebesar lebih dari US$ 10 miliar dan menempatkannya di urutan ke-19 startup decacorn di dunia.
Keberhasilan ini tidak lepas dari masifnya injeksi modal yang berasal dari dalam maupun luar negeri sebut saja Google, Temasek Holdings, Astra International, Tencent Holdings, dan Meituan Dianping.
Tips Investasi di Startup
Maraknya perusahaan startup yang muncul di negara kita, apalagi ada yang sudah IPO, tentunya membuat sebagian orang tertarik untuk berinvestasi di bisnis ini. Bagi kamu yang ingin berinvestasi di startup berikut tips-nya.
Kenali perusahaan startup
Berinvestasi di perusahaan startup konsepnya kurang lebih sama dengan investasi di perusahaan pada umumnya. Namun, investasi di startup membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk mendapatkan keuntungan optimal. Karenanya, untuk dividen, investor harus lebih bersabar untuk bisa menerimanya. Biasanya, investor akan mendapatkan keuntungan dari capital gain.
Manfaatkan koneksi
Dalam berinvestasi di startup, koneksi dianggap penting. Dilansir dari The Balance Careers, dalam memilih perusahaan startup, kamu membutuhkan koneksi. Koneksi ini bisa kamu temui dengan masuk ke dalam jaringan komunitas startup atau mintalah rekomendasi perusahaan ke sesama investor yang pernah berinvestasi.
Menghadiri event
Jangan lewatkan event yang diselenggarakan bertema teknologi. Ini membuat kamu bisa memperoleh pengetahuan lebih tentang investasi startup. Biasanya di event tersebut akan dihadiri oleh sejumlah penggiat teknologi, investor, startup dan lain-lain.
Mau ikut event internasional pun boleh banget, karena kamu akan mendapatkan koneksi yang lebih besar.
Terjun langsung
Setelah kamu memperoleh informasi tentang perusahaan startup, maka sebaiknya terjun langsung untuk menilai kelayakan sebuah perusahaan startup.
Sebagai investor yang baru, kamu bisa memulai investasi ke startup yang baru dan akan berkembang. Tentunya kamu harus memperhatikan jenis bisnis dan evaluasi kredibilitas dari founder, tim dan perputaran modal bisnisnya.
Baca juga: 7 Tips Belajar Investasi Terbaik untuk Pemula
Berinvestasi di perusahaan startup memang masih belum popular tapi tidak ada salahnya dicoba. Namun sebaiknya kamu harus juga belajar keuangan agar bisa mengalokasikan dana yang tepat dalam berinvestasi. Ini juga bisa jadi jalan bagi kamu untuk dapat financially independent.
Let’s become financially independent dengan membership Ternak Uang selama 1 tahun! Learn, practice, one step at a time. Dengan menjadi member, kamu bisa mendapatkan 365 hari penuh untuk belajar berbagai tahapan menuju merdeka finansial. Termasuk di dalamnya boleh ikut di 100 sessions belajar keuangan bersama speakers yang sudah ahli di bidangnya, dan 2 big events! Tunggu apa lagi? Klik saja tombol di bawah ini, dan ikuti step by step-nya ya!