Tanggal 24 Februari 2022 yang lalu, akhirnya Vladimir Putin mengumumkan secara resmi bahwa pasukannya akan menyerang Ukraina. Dengan demikian, perang Rusia vs Ukraina, yang sudah beberapa waktu dikhawatirkan terjadi, pecah juga.
Sampai dengan artikel ini ditulis, Rusia mengklaim telah berhasil menaklukkan infrastruktur militer Ukraina, sehingga melumpuhkan pertahanan udara negara yang dipimpin oleh Volodymyr Zelensky tersebut.
Efeknya sudah pasti fatal, apalagi bagi kedua negara. Rusia sendiri mengalami keanjlokan pasar saham hingga sedalam 33%, mata uang nasional mereka juga terkoreksi hingga 10%. Belum lagi berbagai sanksi ekonomi yang diberikan negara-negara asing, sebut saja Inggris, Amerika, hingga Jepang dan Taiwan, pasti akan sangat berdampak terhadap ekonomi Rusia lantaran lini strategis merekalah yang ditargetkan.
Lalu, bagaimana dengan kondisi pasar modal Indonesia? Apakah ikut terdampak oleh pecahnya perang di dua negara Eropa Timur ini?

Perang Rusia vs Indeks Harga Saham Gabungan Pasar Modal Indonesia
Pada hari Kamis, tepat ketika Vladimir Putin mengumumkan secara resmi serangannya terhadap Ukraina, Indeks Harga Saham Gabungan pasar modal Indonesia pun langsung bereaksi.
Dari data di website resmi Bursa Efek Indonesia, kita bisa melihat bahwa grafik harga saham menunjukkan penurunan cukup signifikan. IHSG di Kamis sore ditutup melemah 102,24 poin, atau sebesar 1,48% ke posisi Rp6.817,82. LQ45, yang merupakan indeks saham dengan likuiditas tinggi, secara khusus juga mencatatkan penurunan ke posisi Rp973,65. Dengan demikian, indeks ini anjlok 1.16% atau sebesar 11,43 poin.
Hal ini sebenarnya sudah bisa diprediksi, lantaran kekhawatiran akan dampak ekonomi yang meluas akibat pecahnya perang Rusia muncul ke permukaan dan dialami oleh mayoritas investor.
Baca juga: US Tapering: Pengertiannya dan 3 Persiapan yang Bisa Kita Lakukan untuk Menghadapinya
Namun, memasuki hari berikutnya, Jumat tanggal 25 Februari 2022, Indeks Harga Saham Gabungan justru menguat, naik ke posisi Rp6.877,60 saat ditutup di sore hari.
Dengan demikian, jika ditarik dalam lima hari kerja, pergerakan harga saham masih relatif tak berfluktuasi terlalu tajam. Secara sektoral, 6 indeks mengalami peningkatan harga, sedangkan 5 di antaranya melemah. Berikut rekapitulasi, sesuai yang dirilis oleh CNBC Indonesia.
Indeks | Return |
IDXENERGY | 2.26% |
IDXINFRA | 1.42% |
IDXINDUST | 1.32% |
IDXTECHNO | 0.80% |
IDXHEALTH | 0.32% |
IDXFINANCE | 0.03% |
IHSG | -0.07% |
IDXBASIC | -1.66% |
IDXNONCYC | -2.33% |
IDXPROPERT | -3.71% |
IDXCYCLIC | -3.80% |
IDXTRANS | -4.54% |
So, kita mungkin bisa mengambil kesimpulan, bahwa dampak perang Rusia dan Ukraina memang akan terasa, meski tidak terlalu dalam. Bisa jadi, sifatnya sementara karena investor menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Apalagi justru terjadi aksi borong saham, atau net buy, oleh investor asing terhadap saham-saham dalam negeri. Berikut adalah 10 saham yang mencetak rekor dibeli asing tertinggi sejak perang Rusia dan Ukraina pecah, masih menurut data yang dirilis oleh CNBC Indonesia.
Saham | Net buy (dalam miliar rupiah) |
ARTO | 895,8 |
BBNI | 320,4 |
BBRI | 302,5 |
PTBA | 158,3 |
INCO | 157,1 |
EMTK | 128,5 |
GGRM | 116,7 |
ASII | 107.6 |
BBCA | 103,2 |
ITMG | 99,2 |
Dengan demikian, sejak beberapa pekan terakhir, investor asing sudah melakukan net buy total hingga lebih dari Rp23 triliun.
Kenaikan Harga Komoditas: Baik atau Buruk?
Meski demikian, tak semua memang tampak baik. Bagaimanapun, perang akan selalu membawa kerugian, begitu juga dengan perang Rusia dan Ukraina. Tak hanya pada dua negara yang bersiteru, tetapi juga pada negara-negara lainnya di dunia.
Meskipun fundamental ekonomi Indonesia sudah dinilai sangat baik, terutama karena adanya pemulihan ekonomi yang meningkatkan Indeks Kepercayaan Konsumen dan penjualan eceran mencapai level tertinggi dalam masa pandemi sejak Januari, tetapi kenaikan harga energi global akan terjadi juga.
Dampak Buruk yang Harus Diwaspadai
Hal ini disebabkan karena kedua negara, Rusia dan Ukraina, sama-sama merupakan negara penghasil komoditas terutama energi. Rusia punya stok setara 11% hasil minyak global. Dengan demikian, wajarlah jika banyak yang mengkhawatirkan pasokan minyak dunia akan terganggu. Faktanya, harga minyak mentah Brent pekan kemarin sempat tembus US$ 100/barel.
Ditambah dengan naiknya juga harga batu bara ke level USD252 per ton, maka terjadilah respons kenaikan harga saham pada sektor tersebut.
Kenaikan harga komoditas ini akan membuat biaya produksi meningkat, sehingga menggerus beban biaya emiten konsumen dan juga marjin penjualannya.
Baca juga: Big Money Move The Market? Is it True? – Apa Saja Faktor Penggerak Harga Saham?
Dampak Baik yang Harus Diamati
Di sisi lain, secara fundamental, perang Rusia dan Ukraina juga bisa saja membawa dampak positif. Naiknya harga komoditas bisa jadi justru menguntungkan Indonesia, lantaran Indonesia juga merupakan salah satu penghasil komoditas terbesar di dunia.
Karena itu, bisa diprediksi juga, bahwa harga saham sektor komoditas terkerek naik seiring waktu.
Selain itu, hubungan ekonomi antara Indonesia dan Rusia maupun Ukraina juga tak terlalu besar, dibandingkan dengan negara lainnya. Terutama soal ekspor impor dan nilai investasinya tak lebih dari 1% di tahun 2021. Hal ini berakibat, dampak perang Rusia dan Ukraina memang akan terasa, tetapi tidak akan terlalu dalam.
Kita juga bisa melihat bahwa nilai mata uang rupiah juga stabil, yaitu pada kisaran Rp14.200 hingga Rp14.400 per dolar AS. Jika indeks dolar AS naik, rupiah bisa terapresiasi lebih tinggi lagi juga.

Saran untuk Investor Saham Terkait Dampak Perang Rusia dan Ukraina
Sejauh ini, efek perang Rusia dan Ukraina terhadap ekonomi Indonesia secara umum, dan pasar modal secara khusus, memang ada. Tetapi tak membuat pasar menjadi fluktuatif terlalu drastis.
Untuk itu, ada beberapa saran terkait kondisi ini, dan apabila perang Rusia dan Ukraina masih terus terjadi hingga beberapa waktu ke depan. Di antaranya:
- Pantau terus kondisi pasar. Dengan pengamatan secara lekat, kita akan dapat melihat arah pergerakan pasar dengan lebih baik.
- Jangan panic selling. Indeks harga saham bisa jadi akan terus terkoreksi hingga beberapa waktu ke depan.
- Kembali ke tujuan awal investasi: jangka panjang atau jangka pendek? Jika jangka pendek, kamu bisa saja memanfaatkan situasi ini untuk ambil keuntungan. Namun, analisislah dengan benar.
- Untuk yang berinvestasi jangka panjang, kelola emosi dengan baik. Jika masih ada dalam koridor rencana keuangan, maka kamu tak perlu panik.
- Untuk sementara waktu, sembari wait and see, hindari dulu saham-saham yang berkapitalisasi besar, yang berpotensi menjadi penekan indeks.
- Diversifikasikan portofolio, lakukan rebalancing jika perlu.
- Review secara berkala
Baca juga: Belajar Saham Pemula, Ini Dia Langkah-Langkah Terbaiknya
Demikianlah beberapa hal yang perlu kita perhatikan terkait dampak-dampak yang bisa terjadi di pasar modal Indonesia akibat perang Rusia dan Ukraina yang terjadi. Bagaimana? Apakah peristiwa ini sudah kamu rasakan efeknya terhadap portofoliomu?
However, yang namanya perang tak akan pernah membawa kebaikan. Mari kita berdoa saja, agar konflik ini segera berakhir, dan tak meluas. Masalah pandemi saja belum selesai kita atasi, masih ditambah dengan perang yang sebenarnya bisa dihindari. Semoga Rusia dan Ukraina segera bisa menyelesaikan permasalahan mereka, dan dunia kembali damai.
Let’s make ‘cuan’, not war.
Apabila kamu tertarik untuk belajar investasi dan membutuhkan informasi lain mengenai dunia investasi, silakan bergabung dengan academy Ternak Uang. Sebagai platform digital yang bergerak di bidang finansial, Ternak Uang menyediakan ribuan konten edukasi investasi dengan berbagai instrumen bagi investor pemula.