Menjadi investor saham berarti kamu harus mengetahui berbagai istilah saham agar memudahkan transaksi, memilih emiten yang tepat untuk dikoleksi dan tentunya bisa meraup keuntungan yang besar. Bagi investor pemula, kamu mesti tahu istilah ARA dan ARB dalam saham yang nantinya bisa membantu kamu dalam mengontrol harga saham.
Dalam investasi saham, transaksi jual beli biasanya identik dengan pergerakan harga yang fluktuatif. Dari kondisi tersebut maka saham pun dibagi menjadi dua jenis yaitu Auto Rejection Atas (ARA) dan Auto Rejection Bawah (ARB). Singkatnya, istilah ARA dan ARB dalam saham merupakan pengelompokkan saham berdasarkan fluktuasi harga di periode waktu tertentu.
Kendati demikian, pengelompokan saham ini tidak bersifat tetap, tetapi disesuaikan dari pergerakan harga saham itu sendiri. Agar kamu tidak makin bingung, di artikel ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang istilah ARA dan ARB dalam saham. Yuk, disimak!

Pengertian Istilah ARA dan ARB dalam Saham
Bagi investor pemula, istilah ARA dan ARB dalam saham masih jarang diketahui. Padahal dengan mengetahui indikator dari kedua kelompok saham ini, kamu akan dibantu memilih saham yang layak untuk dibeli.
1. ARA Saham
ARA saham adalah saham yang tengah berada pada kondisi kenaikan signifikan sehingga menembus batas atas yang telah ditetapkan. Apabila kondisi saham tersebut mengalami kenaikan sampai di batas atas, maka itu bisa dikatakan sebagai ARA (auto rejection atas). Sayangnya, sering kali arti istilah ARA dan ARB dalam saham ini masih dimaknai kurang tepat oleh investor pemula.
Ada salah satu cara untuk mengetahui ARA saham yaitu kamu lihat ciri sahamnya sendiri. Tandanya adalah ketika tidak ada lagi orderan di antrean jual (offering.
Kapan suatu saham dinyatakan ARA? Mari kita lihat dari simulasi berikut ini.
Contoh, saham X ditutup di harga Rp5.000 di perdagangan kemarin, lalu batas ARA di harga saham tersebut sebesar 25%, maka kenaikan untuk harga saham X di hari ini maksimal:
Rp 5.000 + (Rp 5.000 x 25%) = Rp 6.250
Ini berarti saham X akan sampai di batas jika melewati harga Rp 6.250. Nah, apabila harga melampaui Rp 6.250, maka saham X tersebut dinyatakan terkena ARA.
2. ARB Saham
Selain ARA saham, ada juga ARB saham. Keduanya memiliki hubungan yang saling terkoneksi satu sama lain. ARB saham adalah kebalikan ARA saham.
Pengertian ARB saham adalah auto rejection bawah, kondisi ketika harga dari saham mengalami penurunan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.
Saham yang terkena ARB biasanya tidak akan lagi ditemukan di order antrean beli. Kemudian dari segi perhitungan, saham ARB ini memiliki peraturan yang didasarkan jumlah harga juga presentasi hasil dari penurunan nilai.
Contoh, jika saham Y ditutup di harga Rp6.000 di perdagangan kemarin, adapun batas auto rejection yang telah berlaku sejak waktu ditentukan adalah 7%, untuk penurunan harga saham X perhitungannya sebagai berikut:
Rp6.000 โ (Rp6.000 x 7%) = Rp5.580
Yang berarti, apabila saham Y mencapai batas harga di bawah Rp 5.580, maka saham tersebut dinyatakan mengalami ARB.
Semoga paham, ya.
Sistem Bursa Efek Indonesia pada umumnya akan menolak dari permintaan order beli atau jual secara otomatis apabila didapati harga saham yang bersangkutan telah melewati batas. Entah itu batas atas di saham ARA maupun batas bawah di saham ARB. Penentuan batas ini telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia dengan perhitungan tertentu. Tujuannya adalah untuk memastikan perdagangan di pasar saham berjalan sebagaimana mestinya, alias dalam kondisi wajar.
Berikut ini persentase auto rejection yang berlaku di Bursa Efek Indonesia berdasarkan keputusan Direksi Nomor Kep-00023/BEI/03-2020.
- Harga saham di kisaran Rp50 โ Rp200, batas naik dan turun saham sehari sebesar 35%.
- Harga saham di kisaran Rp200 โ Rp5.000, maka batas turun dan naik saham dalam sehari ada di angka 25%.
- Sedangkan harga saham di atas Rp5.000, batas atas dan turun dalam sehari adalah 20%.

Manfaat ARA dan ARB Saham
Penetapan batas dengan istilah ARA dan ARB dalam saham dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia dengan tujuan mencegah pergerakan saham yang terlalu ekstrem. Lebih khusus lagi, manfaat dari ARA saham adalah untuk memastikan kenaikan harga dari suatu saham tidaklah terlalu tinggi. Sedangkan ARB saham ditentukan untuk bisa memastikan agar harga suatu saham tidak jatuh ke nilai yang terlalu rendah.
1. Manfaat untuk trader dan investor
Istilah ARA dan ARB dalam saham ini memiliki manfaat yang bisa dirasakan oleh trader maupun investor.
Dari sisi trader, mereka akan mendapatkan keuntungan saat membeli saham di batas bawah lalu dijual kembali saat harga kembali berada di batas atas. Manfaat ini bisa kamu rasakan ketika kamu sudah memiliki kemampuan analisis dan strategi yang sudah matang.
2. Manfaat untuk perusahaan
Istilah ARA dan ARB dalam saham juga bermanfaat bagi perusahaan emiten. Dengan adanya ARA dan ARB, maka nilai saham pun akan terlindungi. ARB saham berfungsi untuk bisa mencegah nilai saham anjlok secara ekstrem, jadi bisa meminimalkan potensi kerugian yang bisa dialami oleh perusahaan.

Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Memutuskan Membeli Saham yang Terkena ARA dan ARB
Adanya istilah ARA dan ARB dalam saham ini mestinya bisa membuatmu waspada saat membeli saham. Membelinya berarti kamu harus siap dengan segala konsekuensi yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum memutuskan membeli saham dan supaya enggak salah pilih saham yang terkena ARA dan ARB, perhatikan hal-hal di bawah ini.
Baca juga: Cara Belajar Saham dan 20 Rekomendasi Saham yang Cocok untuk Pemula
1. Lakukan analisis perbandingan harga tawar dengan harga yang wajar
Tidak bisa dimungkiri bahwa harga adalah indikator utama bagi investor dalam memilih emiten. Kamu perlu tahu dan membandingkan berapa harga saham yang wajar. Pastinya, juga harus menyesuaikan dengan bujet yang dimiliki.
Untuk tahu berapa harga wajar saham, kamu bisa melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Book Value per Share (BVPS).
2. Sebelum membeli saham, pastikan kamu mengetahui besarnya market cap
Market cap menunjukkan besaran dana yang mesti dikeluarkan apabila kamu ingin membeli keseluruhan saham dari suatu perusahaan tertentu. Singkatnya, semakin besar market cap sebuah perusahaan, maka semakin baik fundamentalnya.
3. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
Umumnya, jika berinvestasi, maka tentunya mengharapkan imbal hasil yang maksimal. Oleh karena itu, jelilah dalam melihat tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
Pastikan kamu melakukan riset akan saham itu yang kamu incar. Bagaimana rasio profitabilitasnya, juga apakah perusahaan tersebut mampu membagikan dividen rutin ke pemegang saham setiap tahunnya.
Peluang sebuah perusahaan menghasilkan keuntungan di masa depan akan sangat penting untukmu sebagai investor. Sebaiknya, belilah yang mempunyai prospek jangka panjang sesuai tujuan investasi kamu.
4. Lakukan analisis fluktasi dari saham ARA dan ARB secara rutin
Pada umumnya, saham yang terkena ARA maupun ARB banyak diminati oleh investor yang sudah berpengalaman, karena mereka bisa menganalisis dengan cepat segala perubahan yang terjadi.
Kamu juga bisa saja melakukannya, namun mesti cermati juga indikator yang memengaruhi kenaikan maupun penurunan harga saham, seperti kondisi politik, ekonomi dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk mengikuti juga segala perkembangan harga saham melalui media.
Baca juga: Mandiri secara Finansial Adalah Ketika Kamu Memiliki 4 Tanda Ini dan 3 Kunci Rahasianya
Demikian ulasan lengkap dari istilah ARA dan ARB dalam saham. Tentunya dengan mempelajari hal ini, akan membuat kamu bisa berinvestasi saham dengan nyaman. Dan ini juga akan berpengaruh ke personal finance di mana kamu akan lebih jeli lagi dalam memanfaatkan dana yang dimiliki untuk memilih emiten terbaik yang layak dikoleksi.
Yuk, gabung jadi member Ternak Uang! Ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan, mulai dari akses video modul-modul pembelajaran, ikutan berbagai event, dan masih banyak lagi! Segera daftarkan dirimu, dan mulai langkah pertama untuk sukses menjadi investor!
Belum jadi member? Pakai kode promo TUBLOG buat dapetin Diskon Khusus 15% untuk Membership TU Premium!