Strategi investasi saham untuk pemula apa yang cocok digunakan? Saat berinvestasi, kamu perlu strategi yang tepat karena sejatinya investasi adalah kegiatan penanaman modal yang membutuhkan perhitungan matang.

Kamu tidak bisa bertindak impulsif saat membeli saham di pasar modal apalagi untuk investasi saham untuk pemula jangka panjang. Selain itu, pastikan kamu berinvestasi pada sekuritas terpercaya dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar terhindar dari investasi bodong.

Di samping itu, investor pemula masih sering kesulitan mencari waktu yang tepat untuk jual beli di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kapan untuk mulai main saham dan kapan waktu untuk menjual di harga saham tertinggi?

Nah, salah satu tips investasi saham untuk pemula yang ditawarkan untuk mengakali kebingungan sekaligus memaksimalkan potensi untung yaitu dengan metode Dollar Cost Averaging (DCA). Strategi ini tidak pas untuk kamu yang ingin trading saham, tapi kalau kamu ingin investasi saham untuk pemula jangka panjang, DCA sangat disarankan.

Baca juga: 5 Tempat Gratis Belajar Saham Bagi Pemula

Pasalnya, DCA dinilai bisa meminimalkan risiko investasi saham bagi pemula, apalagi untuk investasi jangka panjang. Tak hanya pada investasi saham untuk pemula, kamu bisa terapkan DCA ini di berbagai instrumen investasi seperti reksa dana, emas, kripto, dan lainnya.

Penasaran, apa itu dollar cost averaging dan apa keuntungan serta kekurangannya? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

3 Kategori Jenis-Jenis Saham yang Perlu Diketahui oleh Investor Pemula

Apa Itu Dollar Cost Averaging?

Dollar Cost Average adalah strategi yang memungkinkan investor mengalokasikan dana secara rutin dan berkala dengan jumlah yang sama dalam periode tertentu. Dengan kata lain, investor tidak menginvestasikan sejumlah uang sekaligus dalam satu waktu.

Kalau kamu menerapkan strategi ini, artinya kamu harus rutin berinvestasi dengan jumlah yang sama di setiap periode tanpa memedulikan kondisi pasar. Untuk menerapkan strategi investasi saham untuk pemula ini, ada baiknya kamu berinvestasi di saham blue chip atau saham yang laporan keuangan emitennya sehat.

Strategi ini ramah untuk pemula karena tidak memerlukan kemampuan menilai pergerakan naik turun harga di pasar. Dengan begitu, kamu hanya perlu fokus untuk menyisihkan dana investasi dan tidak mudah terpengaruh melakukan transaksi saat harganya sedang rendah atau naik melambung.

Tapi, kamu tetap harus memiliki pengetahuan terkait kinerja historis dari saham atau instrumen investasi kamu. Meski DCA bisa mengurangi risiko, strategi ini tidak mampu melindungi investor dari penurunan harga aset.

6 Cara Investasi bagi Mahasiswa dan Rekomendasi Terbaiknya

Cara Kerja Dollar Cost Averaging

Dollar Cost Averaging memiliki cara kerja yang dinilai efektif karena dapat menghilangkan beberapa tekanan emosional yang sering kali mengikuti saat investasi saham untuk pemula. Dengan berkomitmen pada jadwal yang telah ditentukan, kamu tidak perlu khawatir kapan dan harus bertindak apa ketika suatu saham akan bergerak lebih tinggi atau lebih rendah.

Lalu bagaimana cara menerapkan strategi dollar cost averaging? Pertama kamu tentunya harus memilih produk investasi apa yang akan kamu beli; apakah saham, reksadana, kripto atau lainnya. Lalu, tentukan jumlah modal yang akan dikeluarkan.

Contoh kamu ingin berinvestasi di saham dengan modal Rp1 juta selama 5 bulan, maka dengan DCA kamu tidak harus menggelontorkan seluruh uang tersebut di satu waktu. Kamu bisa memulainya dengan Rp200.000 per bulan selama 6 bulan. Perhatikan simulasi perhitungan berikut:

  • Bulan ke-1 : kamu beli 2 lot saham dengan harga saham awal Rp1.000
  • Bulan ke-2 : kamu beli 1 lot saham dengan harga saham naik menjadi Rp2.000
  • Bulan ke-3 : kamu beli 4 lot saham dengan harga saham turun menjadi Rp500
  • Bulan ke-4 : kamu beli 3 lot saham dengan harga saham naik menjadi Rp650
  • Bulan ke-5 : kamu beli 2 lot saham dengan harga saham akhir Rp1.000

Di akhir bulan ke-6 kamu bisa mendapatkan 12 lot dengan harga Rp1 juta. Beda kondisinya jika kamu langsung menginvestasikan Rp1 juta di bulan pertama, kamu hanya bisa mendapat 10 lot. Jadi, kamu pun bisa mendapat untung 2 lot dengan strategi DCA, bukan?

Strategi Terbaik Investasi Saham untuk Pemula: Dollar Cost Averaging

Keuntungan dan Kekurangan Dollar Cost Average

Dollar cost averaging memang dinilai sebagai strategi investasi saham untuk pemula dengan risiko yang ditekan semaksimal mungkin. Agar kamu lebih paham apa saja keuntungan dan kerugian yang juga harus kamu pertimbangkan, di antaranya yaitu:

Baca juga: Cara Belajar Saham untuk Pemula Agar Segera Siap Mengais Cuan

Keuntungan Dollar Cost Averaging

1. Meminimalkan risiko kerugian

Dengan DCA, kamu dapat melakukan investasi saham untuk pemula tanpa takut ada kerugian yang besar apa pun kondisi pasar saat itu. DCA membuat kamu rutin investasi sehingga tidak ada istilah salah waktu investasi. Membeli saham sedikit demi sedikit akan membuat kamu mendapat imbal hasil menguntungkan.

2. Mengurangi sisi emosional saat kondisi pasar buruk

Strategi ini membuat kamu tidak perlu memperhatikan harga sedang naik atau anjlok. Yang perlu kamu lakukan yaitu mengikuti rutinitas transaksi yang sudah ditetapkan di awal.

Jadi, saat orang-orang berlomba menjual saat harga turun, kamu tak perlu terbawa emosi. Kondisi ini justru dapat dilihat sebagai peluang untuk memperoleh saham lebih banyak dengan harga yang murah.

3. Terhindar dari Loss Aversion Bias

Loss Aversion Bias merupakan kondisi ketika investor cenderung menghindari kerugian daripada menghasilkan keuntungan dengan nilai yang sama. Jika begini, kamu malah terus ragu-ragu untuk mengambil keputusan rasional saat transaksi.

Kekurangan Dollar Cost Averaging

1. Biaya transaksi investasi lebih banyak

Sayangnya dengan DCA artinya kamu harus membayar biaya transaksi berulang kali. Artinya, biaya belajar investasi saham untuk pemula kamu jadi mahal. Biaya transaksi atau administrasi akan selalu dikenakan setiap kali membeli atau menjual instrumen. Sering membeli maka semakin tinggi biaya transaksi yang dikeluarkan.

Untuk itu, kamu harus memiliki sekuritas yang menawarkan biaya transaksi rendah.

2. Return lebih sedikit

Jika dibandingkan dengan investasi dalam sekali waktu, DCA memberi return yang lebih sedikit. Jadi, memang untuk jangka panjang metode lump sum lebih menghasilkan keuntungan yang besar.

3. Strategi investor pasif

DCA cenderung membuat investor lebih pasif dalam berinvestasi. Investor tidak sigap merespons kondisi pasar yang terus berfluktuasi terutama ketika terjadi krisis ekonomi, akuisisi, atau faktor lain yang dapat mempengaruhi nilai saham.

Lebih Baik Dollar Cost Averaging atau Lump Sum?

Di sisi lain, ada metode lump sum yaitu strategi investasi saham untuk pemula dengan menanamkan modal sekaligus dalam jumlah besar di satu waktu. Metode ini juga dapat menguntungkan, karena jika membeli saham dengan jumlah lot yang besar di harga yang pas, maka keuntungan bisa lebih besar. Apalagi jika saham yang dibeli memiliki histori harga yang terus naik untuk jangka panjang.

Perbedaan keduanya ada pada profil risiko investor dan money management. Jika gaya investasi kamu lebih agresif, strategi lump sum lebih cocok. Namun, jika investasi saham untuk pemula ingin dilakukan sedikit demi sedikit maka DCA bisa jadi strategi investasi terbaik.

Baca juga: 10 Langkah Belajar Main Saham untuk Pemula dari Nol

Apabila kamu tertarik untuk belajar investasi dan membutuhkan informasi lain mengenai dunia investasi, silakan bergabung dengan academy Ternak Uang. Sebagai platform digital yang bergerak di bidang finansial, Ternak Uang menyediakan ribuan konten edukasi investasi dengan berbagai instrumen bagi investor pemula.

Cari tahu insight lebih lengkap tentang strategi investasi saham untuk pemula lainnya di aplikasi Ternak Uang sekarang juga!

Belum jadi member? Pakai kode promo TUBLOG buat dapetin Diskon Khusus 15% untuk Membership TU Premium!