Investasi saham Indonesia mengalami perkembangan yang menggembirakan beberapa tahun belakangan ini. Khususnya di tahun 2021 ketika negara kita masih berada di kondisi pandemi COVID-19, ternyata minat masyarakat akan investasi saham meningkat drastis.
Terjadi perubahan besar terhadap cara jual beli saham di masa lalu dan sekarang. Dan inilah salah satu faktor yang membuat masyarakat, khususnya kalangan milenial dan gen Z tertarik untuk melakukan investasi dan trading saham.
Investasi saham Indonesia di masa lalu, jika ingin membeli saham mesti menggunakan papan manual serta kertas untuk transaksi saham. Tak hanya itu juga, kalau kamu mau membeli saham maka kamu harus melakukannya dengan cara mendatangi kantor Bursa Efek Indonesia (BEI). Di kantor BEI sendiri ada lantai perdagangan secara bertingkat karena ruang untuk menampung seluruh aktivitas perdagangan kala itu masih terbatas. Sebagai investor, kamu mesti menelepon sales atau broker untuk order saham yang mau dibeli.
Semua berubah ketika teknologi investasi saham Indonesia semakin maju. Munculnya perusahaan sekuritas yang terus berinovasi dengan menghadirkan aplikasi investasi saham Indonesia membuat proses jual beli saham yang dulu terasa sulit, sekarang makin mudah. Jika ditarik panjang ke belakang, aplikasi saham pertama kali yang ada adalah IPOT. Aplikasi perusahaan sekuritas ini hadir di tahun 2007 yang sudah mengantongi izin dan diawasi oleh OJK.
Baca juga: 5 Langkah Belajar Trading Saham untuk Optimalkan Keuntungan
Secara garis besar, perkembangan investasi saham Indonesia sudah ada sejak satu abad lalu. Tepatnya tahun 1912 di zaman kolonial Belanda, pasar modal hadir di Indonesia.

Sejarah Investasi Saham di Indonesia dan Perkembangannya
Bicara tentang investasi saham Indonesia tentunya akan membahas pasar modal. Karena investasi saham adalah salah satu jenis investasi yang bisa kamu pilih di pasar modal.
Dikutip dari laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda di tahun 1912. Tapi, menurut buku Effectengids yang dirilis oleh Vereeniging Voor Den Effectenhandel disebutkan bahwa perdagangan surat berharga di negara kita sudah ada sejak tahun 1880.
Adapun transaksi saham pertama kali di Indonesia terjadi di tahun 1892. Adalah Cultuur Maatschappij Goalpara yang menjadi perusahaan dari sektor perkebunan teh berlokasi di Batavia yang menjadi perusahaan pertama menawarkan saham-sahamnya ke publik. Saat itu, perusahaan menawarkan 400 lembar saham ke publik dengan harga saham 500 gulden per lembar.
Sejak resmi berdiri di tahun 1912, di periode tahun 1914-1918, Bursa Efek Batavia terpaksa mesti ditutup karena efek dari Perang Dunia I. Setelah perang usai, ternyata minat masyarakat untuk jual beli saham meningkat. Untuk memfasilitasi animo masyarakat yang besar, pemerintah Hindia-Belanda membuka dua bursa di tahun yang sama yaitu Bursa Efek Semarang dan Bursa Efek Surabaya.
Sayangnya dua bursa ini tidaklah bertahan lama karena perang dunia II terjadi selama periode 1939-1945. Bursa Efek Jakarta kembali dibuka tahun 1952 sebagaimana mengacu pada UU Darurat Pasar Modal 1951, yang diterbitkan oleh Menteri Kehakiman, Lukman Wiradinata dan Menteri Keuangan, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.
Masa kerja Bursa Efek Indonesia setelah keluarnya UU ini pun berlangsung tidak lama. Mengutip dari laman Bursa Efek Indonesia, perdagangan saham sempat vakum dari tahun 1956-1977.
Bursa efek kembali dibuka di bulan Agustus 1977. Berdasarkan Kepres No. 52 tahun 1976, Bursa Efek Jakarta akan dijalankan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal alias Bapepam. Emiten pertama yang melantai di BEJ adalah PT Semen Cibinong pada tanggal 10 Agustus 1977.
Hingga saat ini berdasarkan data dari BEI dan Bank Indonesia per Maret 2022, total ada 778 perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia. Ini mengalami penambahan empat emiten baru di BEI dari bulan sebelumnya.
Sedangkan data jumlah investor yang dikutip dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga akhir April 2022 jumlahnya sudah menembus angka 8,62 juta investor. Angka ini mencatat kenaikan 2,62% secara bulanan.

Prospek Investasi Saham Indonesia
Investasi saham Indonesia tahun 2022 diprediksi akan kembali ke tren positif seiring menurunnya angka penderita COVID-19. Namun, bagi investor mesti lebih selektif dalam memilih saham yang ingin dikoleksi. Yang berarti, kamu harus melihat lebih jauh kinerja dari emiten baik dari sisi keuangan dan fundamental perusahaan itu sendiri.
Di kuartal I tahun 2022, tercatat indeks BUMN 20 telah berhasil mencetak kinerja tertinggi jika dibandingkan indeks lainnya yang disusun oleh Bursa Efek Indonesia. Indeks BUMN melesat 8,75% year to date (ytd) di Maret 2022.
Dari data yang ada, 11 dari 20 saham anggota indeks BUMN tercatat mengalami kenaikan dan didominasi oleh saham-saham di industri telekomunikasi, energi dan perbankan.
Baca juga: Cara Berinvestasi Saham dan Strategi Jual Beli yang Menguntungkan
5 Emiten dengan peningkatan tertinggi di indeks BUMN:
- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 28,41%
- PT Aneka tambang Tbk (ANTM) menguat di angka 26.22%
- PT Elnusa Tbk (ELSA) mengalami kenaikan 18,11%
- PT Timah Tbk (TINS) naik 16,49%
- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) naik 14,36%
Kenaikan saham-saham energi khususnya pertambangan batubara dinilai sebagai efek dari adanya peningkatan harga global dari komoditas tersebut.
Walaupun tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih tinggi hingga sekarang, tren kenaikan masih akan terus berlangsung hingga awal kuarta II tahun 2022.
Saham terbaik dari sektor perbankan masih diminati oleh investor karena menunjukkan kinerja keuangan yang semakin membaik di tahun 2021 ketika masih dalam kondisi pandemi COVID-19. Para pelaku pasar modal juga masih menganggap bahwa saham dari industri perbankan masih tergolong saham defensif sehingga mampu bertahan di tengah peningkatan risiko ketidakpastian.

Kebijakan yang Mendukung Perkembangan Iklim Investasi Saham Indonesia
Sebagai bentuk usaha dalam menjaga daya tahan sekaligus mengendalikan volatilitas pasar modal dan investasi saham Indonesia sebagai akibat dari pandemi COVID-19, Otoritas Jasa Keuangan masih akan melanjutkan beberapa kebijakan sejak tahun 2020, yang akan fokus pada tiga poin utama, yaitu:
- Relaksasi untuk para pelaku industri pasar modal
- Pengendalian volatilitas serta menjaga kestabilan pasar modal juga sistem keuangan
- Adanya kemudahan perizinan dan juga penyampaian dokumen serta pelaporan yang akan berlaku bagi pelaku industri di pengelolaan investasi, emiten dan perusahaan publik, transaksi dan lembaga efek, lembaga dan profesi pejunjang pasar modal
Tak hanya itu juga, Otoritas Jasa Keuangan akan berusaha meningkatkan likuiditas pasar baik dari sisi supply dan juga demand. Termasuk di dalamnya meningkatkan perlindungan dan kepercayaan investor, penguatan kewenangan pengawasan dan penegakan hukum pengembangan pasar modal, penguatan governance industri pasar modal serta pengembangan pasar modal yang tangguh juga berdaya tahan.
Melihat perkembangan dan prospek investasi saham Indonesia, semoga kamu tidak ragu lagi ya untuk memulai berinvestasi di pasar modal. Siapkan bujet, perbanyak pengetahuan dan konsisten!
Baca juga: 7 Langkah Belajar Saham dari Nol ala Felicia Putri Tjiasaka
Apabila kamu tertarik untuk belajar investasi saham Indonesia, dan membutuhkan informasi lain mengenai dunia investasi, silakan bergabung dengan academy Ternak Uang. Sebagai platform digital yang bergerak di bidang finansial, Ternak Uang menyediakan ribuan konten edukasi investasi dengan berbagai instrumen bagi investor pemula.
Yuk, gabung jadi member Ternak Uang! Ada banyak keuntungan yang bisa kamu dapatkan, mulai dari akses video modul-modul pembelajaran, ikutan berbagai event, dan masih banyak lagi! Segera daftarkan dirimu, dan mulai langkah pertama untuk sukses menjadi investor!
Belum jadi member? Pakai kode promo TUBLOG buat dapetin Diskon Khusus 15% untuk Membership TU Premium!