Menjelang akhir tahun, biasanya akan banyak promo dan diskon belanja yang bisa dinikmati pelanggan. Nggak cuma secara offline, tetapi online juga—malahan pasarnya lebih marak! Fenomena keseruan pasar ini juga terjadi di dunia saham loh, dengan adanya momen window dressing.
Window dressing dilakukan oleh para fund manager. Cara ini dilakukan untuk mempercantik portofolio milik mereka menjelang pergantian tahun.
Loh, gimana ceritanya portofolio kok dipercantik? Yuk, ikuti terus artikel ini ya.

Apa Itu Window Dressing?
Window dressing merupakan kondisi ketika harga-harga saham di bursa bergerak menguat menjelang akhir tahun.
Ya, fund manager atau manajer investasi biasanya memang bekerja keras untuk meningkatkan kinerja portofolio di jelang akhir tahun, demi laporan yang bagus saat tutup buku, sehingga bisa menarik untuk dipresentasikan pada publik. Tak hanya fund manager, emiten-emiten juga biasanya melakukan window dressing demi laporan keuangan yang ciamik untuk diserahkan sesuai periodenya.
Sebenarnya sih, pelaporan ini memang terjadi beberapa kali dalam setahun—umumnya dalam periode kurtal. Tetapi, imbas yang paling kuat adalah saat menjelang pergantian tahun karena biasanya dibarengi dengan laporan akhir tahun. Imbas ini bahkan kadang bablas hingga Januari, hingga ada juga istilah January Effect.

Cara Kerja Window Dressing
Laporan kinerja dan portofolio manajer investasi biasanya akan dikirimkan secara kuartalan, sehingga memang benar window dressing terjadi di setiap 3 bulan. Klien kemudian akan menggunakan laporan ini untuk melakukan review terhadap investasi yang sudah mereka lakukan sebelumnya.
Jika kinerja yang dilaporkan ternyata tak sesuai harapan, maka bisa jadi klien akan berpikir ulang untuk menggunakan manajer investasi yang sama ke depannya. Karena itulah, kalau dirasa kurang oke, manajer investasi menjual saham yang kurang baik performanya, dan kemudian membeli saham lain yang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar dengan lebih cepat. Inilah prinsip kerja window dressing.
Dengan dilakukannya window dressing, maka kinerja keseluruhan portofolio bisa terkerek oleh saham yang performanya bagus, sehingga akan meningkatkan juga rapor si manajer investasi sebagai pengelola dana nasabah.
Faktor self-fulfilling prophecy (kebiasaan umum yang dipercaya terjadi) pun juga menambah kuatnya peluang window dressing di akhir tahun.
Selain itu, bagi emiten, akhir tahun adalah waktunya mereka menyusun laporan kuartalan sekaligus tahunan. Karena itu, adalah penting untuk memberikan kinerja yang optimal. Biasanya mereka alan melakukan penundaan pembayaran kewajiban, atau mencari cara agar bisa melaporkan pendapatan secara lebih cepat. Inilah arti window dressing bagi mereka.

Apa yang Harus Kita Lakukan Saat Terjadi Window Dressing?
Jika kita melihat data tahunan Indeks Harga Saham Gabungan, kita akan dapat melihat kecenderungan kenaikan harga di setiap menjelang akhir tahun.
Nah, sebagai investor retail, kita sebenarnya juga bisa memanfaatkan kecenderungan kenaikan harga ini untuk bisa ikut mendapatkan keuntungan. Caranya adalah dengan membeli saham di akhir November, dan kemudian menjualnya di akhir Desember.
Meski demikian, tak sembarang saham bisa kamu beli jika kamu menginginkan keuntungan dengan memanfaatkan window dressing. Karena tak semua saham akan naik harganya di akhir tahun. Hanya saham yang akan dibeli oleh manajer investasilah yang akan meningkatkan keuntungan. Salah pilih saham saat window dressing dapat membuatmu buntung, alih-alih untung.
Jadi, harus gimana dong ya?
1. Targetkan blue chip
Saham blue chip adalah saham yang biasanya akan memberikan “nilai” baik pada rapor manajer investasi, karena itu fokuslah pada saham jenis ini.
Saham blue chip adalah saham yang berkapitalisasi besar, di atas Rp10 triliun. Meski tak semua, tapi kamu akan dengan mudah menemukan saham blue chip dalam indeks LQ45.
2. Siapkan dana khusus
Siapkan modal yang terpisah dari dana investasi. Meski kita bisa melihat ada potensi keuntungan, tetapi sebagai investor, kita harus selalu berhati-hati, apalagi jika hendak mau berspekulasi. So, akan lebih baik jika kamu melakukannya dengan dana yang bukan dialokasikan sebagai dana investasi, dana kebutuhan hidup, pun dana-dana ‘panas’ yang lain.
Pastikan juga dana daruratmu aman, begitu juga dengan asuransimu ya, sebagai jaring penyelamat jika sampai ada risiko yang terjadi.

3. Do your own research
Sekali lagi, meski sudah ada potensi keuntungan besar yang bisa diperoleh, kamu harus tetap ingat untuk selalu melakukan riset dan analisismu sendiri. Begitu juga saat hendak mengincar keuntungan di window dressing.
Lakukan analisis fundamental dan teknikal seperti biasanya jika kamu hendak melakukan transaksi saham, bukan hanya sekadar ikut-ikutan. Ingat, trading dan investasi saham bukan sulap, bukan sihir, melainkan harus didasari dengan perhitungan dan analisis.
Nah, kalau mau lebih tepat dalam mencermati potensi keuntungan dari fenomena ini, kamu bisa bergabung di salah satu free class yang akan diadakan oleh Ternak Uang, yaitu Free Class Investasi: Fenomena Window Dressing: Fakta atau Mitos?, tanggal 20 November 2021. Yuk, segera daftarkan dirimu untuk ikutan free class ini, supaya enggak kehabisan seat!